Tuesday 11 December 2012

sekedar untuk direnungkan


Generasi Gangnam Style…
(Bunda Zara, orang tua murid SMAIT Thariq Bin Ziyad)

“Teteh… tolong bantu Ibu dong…” Panggilku pada si sulung dengan suara separuh berteriak.  Ini panggilan yang ketiga dan masih belum ada jawaban maupun reaksi dari yang dipanggil.  Herggg… ngapain sih  tuh anak?  Ibunya sedang repot malah enak-enakkan di kamar. Dengan ‘tanduk’ yang sudah mulai numbuh di kepala dan gigi yang mulai ‘bertaring’  aku terpaksa menyibak tirai kamar.  Oalaaa… si teteh sedang asik baca buku.  Telinganya tersumpal earphone.  Kepalanya ikut bergoyang.  Pasti lagi asik dengerin music deh!  Pantas saja tidak menyahut panggilanku.
          Akhirnya aku dan suami memutuskan untuk membuat aturan buat si sulung yaitu tidak diperkenankan mendengarkan music lewat earphone.  Dua alasan utamanya adalah supaya kami tahu music atau apa saja yang anak kami dengar dan kalau dipanggil dia bersegera menyahut.  Untunglah anakku patuh dengan aturan itu, sehingga kami bisa memantau apa saja yang dia dengar.  Masalah berikutnya adalah, giliran kami yang geleng-geleng kepala.  Bukan karena ikut menikmati alunan music yang didengarkan anakku, Namun karena merasa prihatin dengan selera dia yang sangat jauh dari yang kami harapkan.
          Lucu saja rasanya!  Satu sisi dia cukup rajin membaca, menghafal dan mengulang hafalan Al Qur’annya.  Namun di sisi yang lain, hobby barunya pada music, seperti gambaran langit dan bumi.  Karena music yang disukainya bukan sejenis nasyid seperti kebanyakan para santri atau siswa sekolah Islam.  Anakku malah penyuka berat penyanyi dan musisi dari negeri Korea.  Sederet lagu dari penyanyi dan grup negeri yang sebagian besar penduduknya  bermata sipit itu dikoleksinya dengan hampir lengkap, semisal SUJU, Arashi, Taecyon, UKiss, 2 NE1, 4 Minutes, Big Bang, BEAST, SEAMO, Shine, dan masih banyak lagi yang lainnya.  Terakhir SPY yang meledak lewat  Gangnam Style nya.
          Prihatin dan miris melihat anakku, yang notabene bisa mewakili generasi muda negeri, yang dalam keseharian insya Allah beres dan tak ada masalah, ternyata lebih menyukai seni dan lagu-lagu orang luar dibanding seni dan lagu dari negeri sendiri.  Even Nasyid gitu loh!  Padahal kalau dibandingkan dari beberapa aspek, rasanya kok ya masih lebih baikan seni dan lagu negeri kita.  Sebutlah music dangdut dengan raja dangdutnya yang terkenal, Bang Haji Rhoma Irama, music pop dengan sederet penyanyi dan grup band nya yang sudah kondang sampai negeri seberang, jazz, rapp dan jenis music modern lainnya. Suara dan aransemen lagunya cukup enak didengar kok…
          Berbagi rasa prihatin, aku mencoba curhat tanpa sengaja dengan orang tua yang mempunyai anak seumuran sulungku. Bersekolah di boarding pula.  Jawabannya membuatku sedikit syok.  Ternyata lagu-lagu Korea memang sedang trend di kalangan anak remaja sekarang yang tentu saja digemari juga oleh  anak temanku ini.  Bahkan tidak hanya music dan lagunya saja, drama dan sinetronnya pun sudah menjadi semacam “Virus” tersendiri di kalangan remaja dan wanita Indonesia.  WOW!!! So… Aku harus bilang “Amboiiii” gitu???
          Terlepas dari rasa prihatin, sebagai orang tua tentu kita tidak bisa tinggal diam menghadapi persoalan yang bukan remeh temeh ini.  Tiwasgas adalah hal paling penting untuk menjaga jangan sampai buah hati kita terbawa jauh arus “globalisasi”.  Namun bukan berarti kita “streng” juga melarang mereka mendengarkan music kesukaannya.  Bermain tarik ulur sebagaimana memainkan layang-layang adalah salah satu cara.  Kita harus tahu, kapan bisa mengulur dan kapan harus menarik tali kendali pada anak-anak kita.  Asalkan kegemaran ini tidak sampai mengganggu atau merusak pribadi dan tugas utama yang lain.  Berilah mereka kelonggaran.  Jangan sampai mereka akhirnya menyembunyikan hal-hal berbahaya di belakang kita.  Karena biar bagaimana pun, music masih jauh lebih baik dibanding pergaulan bebas maupun narkoba.
“Tenang Bu… biar aku suka music Korea dan segala hal tentangnya, aku masih bisa control diri kok…”  Jawaban  sulungku yang diucapkan dengan mantap itu membuatku lega.  Alhamdulillah… bisikku.  @
Satu pagi, usai berbaris di depan kelas, murid kecilku Rizki, berjalan menuju tempat duduknya.  Mulutnya bersenandung sambil bergoyang  menirukan gerakan yang sedang trend itu… U uuh.. oppa gangnam style…Oppa gangnam style!!!
Terpaksa kali ini aku harus bilang  WOW lagi !!! Ternyata PR ku masih belum tuntas!!!  (Bekasi, 10 Desember 2012)