Monday, 5 March 2012

S.O.M.A.L.I.A


KARENA KITA TAK TAHU?!
(Catatan kecil untuk hari peduli SOMALIA di SDIT Thariq Bin Ziyad PHP)

Pagi itu sekolahku kedatangan tamu.  Informasi kedatangan mereka sebenarnya sudah kami dapat sepekan sebelumnya.  Hanya karena kesibukanlah, aku tak terlalu menghiraukannya.  Walau demikian, aku sempat dua kali bertemu mereka, organisasi social berlabel KISS dan ACT.  KISS sendiri adalah sebuah singkatan dari Komite Indonesia untuk solidaritas Somalia.  Sementara ACT kepanjangan dari Aksi cepat Tanggap.  Mereka bergerak karena sebuah dorongan kuat untuk membantu sesama muslim yang tak lekang dirundung malang : Negara SOMALIA.

Beberapa versi histori kemalangan yang menimpa negeri bersuhu panas ini antara lain karena adanya “kekuatan besar asing” yang ingin menguasai hasil bumi mereka yang melimpah.  Hingga kekuatan asing ini menjajah dengan cara yang teramat lihai.  Tak ada wujud namun berasa ‘tamparannya’.  Hingga bisa menciptakan sebuah perang saudara yang tak pernah usai.  Karena kuingat betul, rasanya dari jaman aku masih batita, kisah tentang negeri SOMALIA ini tak pernah ada habisnya.  Kompleks.  Begitu istilahnya. 

 Selain perang saudara, Negara ini sering tertimpa bencana kelaparan dan kekeringan yang panjang.  Karena wilayahnya terletak di Afrika Tengah yang jarang kedatangan musim hujan.  Bahkan menurut cerita bisa sampai 6 tahun baru  mereka mendapatkan hujan.  Masya Allah ya!  Terbayang, bagaimana mereka bisa bertahan untuk hidup dengan usaha yang mereka upayakan sendiri.  Semisal bekerja, berladang, dan sebagainya.  Karena bagaimana mau bercocok tanam dengan kondisi air yang minim dan keamanan yang jauh dari damai.  Hingga akhirnya, mereka bertahan hidup dari belas kasihan dan bantuan yang diberikan dari Negara-negara yang peduli.
Padahal Negara ini menyimpan sumber daya alam yang berlimpah.  Uranium, bahan dasar untuk membuat nuklir.  Mudah ditebak alur cerita berikutnya, ada gula ada semut.  Negara adi daya yang bernama Amerika, dengan mengusung bendera pasukan perdamaian di Somalia masuk menjadi pengendali.  Kisah yang serupa dengan Negara-negara lain di berbagai penjuru dunia.  Termasuk Indonesia tentunya.  Punya summber daya yang melimpah, namun rakyatnya sendiri miskin dan mengetahui kekayaan negeri.  Kasian…. 

Namun bukan itu yang ingin aku bagi dalam tulisan ini.  Penyebab Kemalangan yang  menimpa saudara kita di Somalia bukanlah sebuah urusan mudah untuk diselesaikan.  Yang ada di depan mata adalah ribuan nyawa manusia yang kelanjutan hidupnya sangat teramat bergantung pada ‘kepedulian’ kita.  Sekali lagi KEPEDULIAN. 
Entah sudah terkubur di mana kata-kata emas itu dari bumi ini.  Jangankan untuk Negara orang, peduli untuk tetangga sekitar pun kita sudah hampir tak punya lagi.  Untuk itulah para relawan itu datang.  Mengetuk hati kita, berharap kata peduli masih ada tersimpan di lubuk hati .  Minimal untuk tahu bahwa di wilayah bumi yang lain, ada banyak manusia yang membutuhkan uluran tangan.  Andai pun kita tak punya harta untuk dibagi, kita masih bisa menyampaikan do’a atau menyampaikan khabar duka ini pada saudara atau sahabat kita tentang ini.  Siapa tahu ada yang terketuk hatinya untuk berbagi.

Aku jadi teringat perjalanan jiarahku ke baitullah setahun yang lalu.  Di sana banyak kutemui para perempuan berkerudung, berkulit gelap, menggendong para bayi, menadahkan tangan meminta real dari para jamaah haji.  Bahkan banyak yang cacad (atau cacat palsu) ikut memasang tampang memelas pada setiap jamaah yang lewat.  Aku sendiri hampir tak pernah memberi mereka uang, karena aku  teringat para pengemis di Indonesia yang mengemis karena profesi.  Bukan karena sebuah kondisi yang membuat mereka terpaksa melakukannya.  Mereka masih kuat, normal dan sebenarnya mampu untuk mencari pekerjaan lain selalin meminta-minta.  Jadi porsi curigaku jauh lebih besar dibanding rasa iba.
Melihat poster dan film documenter tentang rakyat Somalia, serasa melihat para pengemis kulit hitam di Mekah dan Madinah.  Ada sesal yang diam-diam muncul ke permukaan.  Ah, jangan-jangan para pengemis itu adalah penduduk Somalia yang melarikan diri dari negaranya untuk mencari sesuap nasi dan perlindungan.  Jahat betul pradugaku bahwa para pengemis itu hanyalah pura-pura.  Pelit betul aku waktu itu.  Kalau benar ternyata mereka adalah rakyat Somalia… Gubrak!!!  Aku benar-benar tak tahu… 

Sesal kemudian ga ada manfaatnya.  Masih ada kesempatan untuk berbuat.  Lembar  brosur yang dibagikan relawan KISS dan ACT masih ada dalam ransel kok walaupun sudah lecek.  Nomor rekening berbagai bank tertera di sana.  Mengundang pintu syurga terbuka untukmu  lewat berinfak dan shadaqoh.  Kemalangan yang menimpa saudara muslim kita di sana adalah bagian dari takdir Allah untuk dunia.  Tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini.  Masih adakah kata PEDULI yang tersimpan rapi di sudut hati kita.  Karena  kalau bukan kita yang peduli, SIAPA LAGI?

No comments:

Post a Comment