Friday, 2 March 2012

NGAJAR BLOG?  SAPA TAKUT ?!

Rasanya aneh harus mengajar sesuatu yang tidak pernah  kita lakukan.  Kadang-kadang kondisi memaksa kita harus menerima tugas itu pada akhirnya.  Dari pada di"SP" kan atasan?  Nah betul, dari pada dipecat bu...Begitu komentar Aziz.  Akhirnya, ya... go go go deh!

Sayangnya ternyata kunci lab komputer raib hari ini.  Entah dibawa siapa.  Terpaksa dengan kecepatan seadanya dan persiapan yang alakadarnya juga membuatku harus mengambil tindakan cepat. Membuka kelas ruang atas yang sudah dipasang layar trus minjem laptop temen yang bisa konek ke internet walau kelasnya ada di ujung kulon, hehehe...

Tidak mudah ternyata mengajarkan sesuatu hal yang sebetulnya bukan barang baru buat anak-anak usia kelas 6 SD.  Dibanding zamanku dulu yang ngetik aja kudu pake mesin ketik manual.  Sekarang anak-anak sudah jauuuuh lebih canggih dari gurunya.  Mereka sudah lebih ahli ngutak ngatik komputer atau netbook pribadi (UPS! gurunya padu bisa bengong... but aku ga termasuk loh... gini-gini aku masih bisa ngimbangin zaman, heheh... )

Dengan modal pengalaman belajar otodidak, aku pede aja ngajarin anak-anak.  Walaupun mungkin mereka ngetawain aku yang kadang ada salah-salah dikit saat menerangkan.  Tenang... guru masih punya satu tingkat keahlian lebih tinggi dibanding murid-muridnya, yaitu gomong, alias jago ngomong!  Tambahan keuntungan yang lain, aku memang sudah punya piaraan blog dari semenjak 4 atau 5 tahun yang lalu, so... masih inget lah yang namanya posting, dasbor, template, dan sebagainya.  Hingga murid-muridku dibuat bengong dan ber oh... oh...

Yang harus diinget juga, ngajar anak-anak level kelas 6, jangan lupa nyelipin yang namanya 'virus merah jambu'.  Serame apa pun kelas, kalo kita bisa bawa mereka ke area virus ini, dijamin manjur!  Kelas jadi lebih seru dan antusias.  So, bisa-bisanya kita mengatur gimana bisa ngajarin blog yang ga bosenin.  Trus, gimana cara mengcombine nya dunk?  Ya gampang... Suruh mereka buat blog yang isinya diary mereka aja.  Dari pada disimpen sendiri, kan mending bagi-bagi di dumay.  Siapa tahu kalo tulisan kita bagus, trus banyak yang baca, trus ada yang tertarik untuk menerbitkannya dalam sebuah buku, trus... kita dibayar, trus kita dapat uang deh, trus kita bisa kaya... hahaha... asyik kan?

Hahay, sorry berat dengan bahasan tadi.  Bukan maksud hati hubuddunya.  Uang melulu pikirannya.  Kapan da'wahnya?  Eits.. jangan salah ya!  Dua-duanya bisa kita dapat kok!  Tergantung niatnya juga kali ya... kalaupun kita ingin kaya, toh ga salah juga.  Malah wajib loh setiap muslim menjadi kaya dan terhormat.  Dengan kekayaan, kita bisa berkontribusi pada da'wah dan umat lebih banyak.  Karena jujur ya... di jaman sekarang ini, uang tuh sangat berpengaruh besar pada kehidupan.  Itulah makanya kenapa dalam dunia politik banyak politisi yang menggunakan senjata pamungkas dengan UANG.  Dengan uang, mereka bisa membeli jabatan dan pengaruh.  Nah, kalo yang punya uangnya orang-orang shaleh pasti lebih HEBAT lagi kan?  Mangkanya yuukk, jadi orang kaya.  Hayuuuuu....

Eits, udah adzan dhzuhur tuh.  Lagian, ngapain ngomongnya jadi nglantur begini ya?  Dari ngomongin BLOG jadi ke POLITIK.  Maklum lah ya, masyarakat di Kabupaten sana sedang panas-panasnya menghadapi pesta akbar PILKADA yang sudah tinggal menghitung hari.  Blog juga kalo bisa digunakan sebaik-baiknya, bisa dijadikan sarana menjaring suara di pilkada loh... Sayang ya... di Indonesia khususon Bekasi, belum banyak yang NGEBLOG.  Tidak seperti di Malaysia yang sudah menjadikan blog sebagai sarana komunikasi yang efektif.  Di Indonesia orang lebih demen yang namanya Fecbuk.  Sampe nenek-nenek pun sudah punya akun dan imel.  Haha... aku sendiri sudah bosan sama mainan yang satu itu.  Secara akhirnya aku back to hobi lawas, NGEBLOG.

UPS lagi!  Allah is calling... waktu untuk berdialog denganNYA sudah tiba.  Pamitan dulu yah... Salam!


Thursday, 1 March 2012

G.E.L.I.S.A.H.


Ada masa di mana kau merasa tersisih dan terasing.  Mungkin memang ada seseorang atau sekelompok mereka sengaja melakukannya padamu.  Atau mungkin sebetulnya perasaan 'terasing' itu kau ciptakan sendiri karena rasa sedih atau 'badmood' yang kadang kau sendiri tak mengerti dari mana muasalnya.  Tak masalah...

Terkadang, masa-masa sulit itu akan datang menemuimu.  Namun percayalah, sebenarnya moment itu sangat membantumu untuk beberapa hal dalam hidupmu.  Karena biasanya, saat di mana dirimu merasa terasing, kau akan memilih untuk menyendiri atau melakukan hal-hal pribadi lainnya, seperti berdoa, berkhalwat dengan Rabbmu dan merenung.  Menghisab serta introfeksi diri.

Pada saat seperti itu, akan muncul di ruang hatimu pergolakan hati: mengutuk, menganalisa, atau bahkan mencoba berprasangka baik dan memaafkan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengasingkanmu, maka tumbuh pula lah kedewasaan dan kebijakan di sudut relung hatimu.  Lalu kau pun akan berseru takjub; Subhanallah...langka terjadi sebuah jiwa menyerah pasrah pada Rabbnya, merunduk dan menyerahkan segala beban, dalam ketidakberdayaan diri.  Nikmat dan indahnya moment ini.  Thanks ya Rabb..

Kau tahu teman, ada banyak hal yang kadang tak kita mengerti, mengapa itu terjadi.  Jangan heran, karena bisa kau buktikan sendiri, acap, secara tak kita sadari, tangan-tangan Allah bekerja untuk merangkai takdir para makhlukNYA.  Sebagaimana halnya permulaan kehidupan, kematian, rejeki, jodoh dan lainnya.  Maka sabar dan syukur adalah 2 kata kunci yang paling ampuh untuk menghadapinya.

Andai takdir hidupmu tergurat penuh onak, duri dan duka, bersabarlah... karena sesungguhnya di ujung skenario hidupmu, bahkan sebelum hal itu berakhir, kau akan menyadari betapa indah Allah menciptakan kisah hidup seperti itu untukmu.  Dan satu hal harus kau syukuri : Gembira dan bahagialah!  Karena Allah memilihmu untuk menjalani hari-hari yang berat dalam hidup.  Karena Allah tahu: KAU INSAN YANG KUAT DAN TERPILIH!!!

Sunday, 11 December 2011

Just Wanna Share With U

Metamorfosa Cinta

oleh Titin Supriatin pada 9 Desember 2011 pukul 21:02
Cinta ternyata  mengenal juga istilah metamorfosa.  Kupikir, itu serupa pertumbuhan dan perkembangan kupu-kupu yang mengalami berbagai jenis perubahan ekstrim pada dirinya.  Dari sebutir telur, kemudian berubah menjadi seekor ulat jelek dan menjijikkan, lantas berganti rupa menjadi kepompong yang tidak jelas bentuknya, dan finally... dia berubah wujud menjadi seekor kupu-kupu cantik yang bersayap dan bisa terbang!

Mungkin begitu juga dengan perjalanan cinta seseorang.  Cinta, ada seseorang yang mengatakan, adalah juga makhluk ciptaan Allah.  Cinta bisa hidup, tumbuh dan berkembang di hati setiap insan.  Cinta adalah perasaan indah yang jika kau menemukannya akan kau dapati energi positif lebih dari biasanya.  Energi yang bisa kau sebar dan kau bagi dengan segenap rasa.  Energi positip itu bernama motivasi dan inspirasi.

Lalu apa hubungannya dengan metamorfosa?  Tentu saja itu hanyalah pemisalan.  Cinta memang hanyalah makhluk ciptaan Allah yang berwujud rasa.  Cinta adalah emosi jiwa serupa amarah, sedih, resah.  Cinta tersimpan rapi di tempat yang tersembunyi dalam dada.  Benda penyimpan cinta itu bernama hati.  Dan kau tahu kan... hati itu mudah dibolak-balik dan diombang-ambing.  Maka cinta pun akan mengikuti bagaimana suasana hati saat itu.

Cinta dapat tumbuh dan berkembang.  Tergantung bagaimana kau merawat dan menjaganya.  Bahkan cinta itu akan mengalami sebuah perubahan wujud, dari cinta karena ketertarikan ragawi di awalnya , berkembang menjadi cinta yang lebih dewasa seiring waktu.  Saling memberi semangat dan membangun kedewasaan itu sendiri.  Tak ada kebencian dan penyesalan, walau secara raga cinta itu tak bisa disatukan.  Maka tetap jagalah... Kau tak perlu memiliki seseorang yang kau cintai.  Justru perbanyaklah cintamu untuk sesiapa... sebarkan energi positip untuk mereka yang kau cinta.  Saling mendukung dan menyayangi...  Bukankah itu cara paling sederhana untuk mewujudkan dunia menjadi indah dan damai?


Teringat sebuah cuplikan syair lagu :
Cinta kan membawamu...
Kembali di sini...
Mendulang rindu
Membasuh pedih
Bawa serta dirimu...
Dirimu yang dulu
Mencintaiku, apa adanya...

Sunday, 12 June 2011

proyekku...

The Big News (cerbung tertunda…)

“Wow…” Saski berseru takjub. Mata bulatnya menatap penuh antusias Koran di tangannya. “Keren ya, kelompok band jalanan aja bisa berbuat kaya gini. Membantu para korban bencana Tasikmalaya sebesar 25 juta rupiah. Ckckck…”
“Apaan sih Ki, lo dari tadi bergumam wow, uh, ups…ada berita apaan yang tumben-tumbenan bisa bikin lo mau baca?” Gadis mendongak dari bangkunya duduk, “Biasanya pagi-pagi gini lo kan udah sibuk bebenah dandanan…”
“Idiiih nuduh bener sih Dis. Emang gue kan hobi baca. Apalagi baca berita infotainment model ginian.”
“Iya deh… tapi jangan lo kunyah sendiri dong. Pake komentar wah, uh, ups, de-es-be yang bikin gue penasaran. Band jalanan apaan?”
“Itu loh Dis, kelompok band baru, yang lagi heboh… Misterious Band.”
“Wah, itu band kesayangan gue Ki. Mana coba gue baca…” Gadis mendadak sontak berdiri dan menghampiri Saski yang semakin sibuk menelusuri kalimat demi kalimat berita yang tertulis pada halaman depan.
MISTERIOUS BAND KEMBALI BIKIN HEBOH!!! Begitu judul berita yang pertama dilihat Gadis. Judul yang ditulis dalam huruf balok capital yang mencolok mata, pun bagi mereka yang berkaca mata tebal macam Pak Jajang, guru kimia di kelas 11.
“Misterius band kembali bikin ulah. Tapi ulah yang mereka buat sungguh positip dan menggugah inpirasi kaum muda di bumi Indonesia tercinta ini. Apa pasal? Band yang keseluruhan personilnya bercadar seperti pasukan ninja ini mengadakan pertunjukkan amal di jalan-jalan untuk mengumpulkan dana bagi korban bencana alam Tasikmalaya yang terjadi pekan kemarin. Dalam waktu yang cukup singkat, Cuma 5 hari ngamen di jalanan beberapa tempat pusat keramaian, mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar 25 juta rupiah. Angka yang sungguh pantastic untuk ukuran sebuah band jalanan. Ruarrr biasa…” Gadis membaca berita itu dengan volume suara cukup keras. Terbukti berpasang mata menatapnya penuh antusias. Bahkan beberapa di antaranya ikut berkerumun mengitari Koran yang berukuran hanya cukup untuk dikelilingi 3-4 orang saja.
“Misterius Band ya? Wah bener tuh, gue kemaren ikut nonton pertunjukkan mereka. Asik loh musiknya. Suaranya enak didenger. Yah walaupun lagu yang mereka nyanyiin lagu penyanyi-penyanyi lain… tapi gue suka banget. Suara vokalisnya itu loh. Gimanaaaa gitu ya! Enak, merdu… kaya ngandung daya magnet yang bikin orang jadi hanyut. Apalagi kalo udah nyanyiin lagu mellow. Wah…” Dani si pembual nomor wahid di kelas berkomentar penuh semangat. Semakin menambah pesona aura kelompok Misterius Band, yang memang akhir-akhir ini sering dibicarakan tidak hanya oleh penggemar music kawula muda, tapi hampir oleh seluruh level tingkatan manusia yang menghuni kota Cirebon.
“Betul-betul-betul…kalo gue mah udah ngeliat show mereka dari jaman mereka masih ngamen di kereta dan di mal-mal. Emang oke tampilan dan suaranya. Gue sampe gimana… gitu ya. Yah kurang lebih samalah seperti yang dirasa si Dani, ya nggak Dan?” Pino, si new Upin-Ipin SMA Samudra Kehidupan urun pendapat juga.
“Gue sepakat sama elo pada…” Sambung Fhani si burung merak kelas 11-IPA1. “Mereka perfect untuk ukuran grup band jalanan. Cuma yang gue heran, personilnya itu kok pake cadar semua ya… padahal, kaloband pada umumnya, yah katakanlah selebritis gitu, ingin sosok dan tampangnya dikenal para penggemar, biar kesohor. Kan enak jadi orang terkenal. Tapi mereka malah menutupi identitas diri. Kenapa ya?”
“Iya juga. Udah gitu, setahu gue, mereka ngamen untuk tujuan amal. Panti asuhan, bakti tuna netra, peduli oma-opa, dan terakhir bencana alam. Aneh…Gue jadi penasaran deh. Siapa nama gitarisnya, drumernya, semuanya… dan vokalisnya. Suaranya itu enak banget deh, pasti dia seorang gadis yang manis…Hmmm” Sambung Pino lagi.
“Loh kok bisa sih?” Si pendiam Jeni angkat bicara, penasaran. “Mestinya kalian Tanya dong saat mereka tampil, apa susahnya?”
“Justru itu uniknya Jen… Lu sih ga pernah liat kalo mereka lagi ngamen. Susah tau… Kalo habis ngamen mereka langsung kabur gitu. Ga mau buka penutup kepala dan muka. Yang keliatan Cuma matanya doang. Makanya mereka dikenal dengan nama Misterius Band. Begitu neng…”
“Wow, ajiib bener! Baru tahu gue kalo ada band yang model begini. Jadi penasaran pengen liat.”
“Itu juga jadi masalah neng. Mereka ngamen suka-suka deh kaya’nya. Ga bisa ditebak kapan maennya. Yah, mungkin Cuma iseng doang. Padahal kalo mereka mau, bisa loh masuk TV. Ga kalah kualitasnya sama band-band yang ada sekarang.”
Obrolan pagi yang semakin hangat dan seru di kelas 11-IPA1 SMA Samudra Kehidupan. Obrolan yang diam-diam disimak betul oleh seorang gadis manis yang duduk di pojok, persis di samping jendela kelas. Kedua tangannya bertumpu pada meja, menopang kedua belah pipi yang sering menampakkan lesung pipit saat tersenyum. Sesekali jarinya memilin ujung jilbabnya yang berwarna putih bersih.
“Hm, berita menarik! Dede, Dave, Anto dan Chepy pasti udah tahu juga berita besar di Koran pagi ini.” Batinnya dalam senyum dikulum. Benar-benar heboh! Spontan diambilnya handphone dari dalam tas. Ditekannya tombol kontak dan sebuah nama, lalu…
“Assalamualaikum, dave… udah baca berita hari ini? Heboh banget Misterious Band loh!” Lara, gadis berlesung pipit itu, membuka obrolan dengan suara separuh berbisik tepat di horn HPnya.
“Kamu udah tahu juga Ra? Nggak nyangka ya… di kelas temen-temen lagi ngebahas misterius Band. Ck…ck…bener juga prediksi kamu Ra.” Terdengar balasan suara dari seberang dengan nada yang antusias.
“He..he..he, terang dong Dav. Siapa dulu. Eit, takabur lagi deh, astaghfirullah…”
“Eh Ra, bisa ngga nanti sore ngumpul? Ada hal penting yang kudu kita diskusikan.” Mendadak Suara Dave terdengar serius. Seperti mengingatkannya tentang sesuatu.
“Jam berapa? Pulang sekolah aku bisa. On time tapinya!”
“Oke, pulang sekolah. Kalo on timenya aku ngga bisa janjiin. Kamu tahu sendiri kan… Anto dan Chepy ada di kelas Kimia. Pak Jajang suka korupsi waktu sampe setengah jam lebih…jadi”
“Wah, sory kalo gitu Dav. Aku ada jadwal liqo bada’ ashar. On time!”
“Bisa ijin dulu ga Ra? Pentiiiing banget! Please…”
“Oke, aku usahain. Lihat aja nanti ya!” Teeeeet… teeeet… Suara bel masuk memutuskan pembicaraan mereka. Lara menekan tombol akhiri di HPnya, masih sempat terdengar suara dari sana,
“Jangan ga datang Ra… Ini masalah kita. Masalah Dede!”
Ups! Lara menegang. Nama itu membuat dadanya berdetak lebih kencang. Ada apa dengan Dede? Terlambat! HP sudah dioff, Pak Bahar sudah ada di depan pintu kelas. Tak ada kesempatan lagi untuk mencari jawaban kenapa. Yang muncul dalam benak adalah bayangan selembar kertas merah muda yang ditemukannya dalam buku catatan Biologinya. Kertas merah muda itu bertuliskan tangan rapi milik seseorang. Seseorang itu bernama Dede. Di sana tertulis sebuah kalimat yang telah membuat dadanya bergetar hebat: Aku sayang kamu Ra…
  

curhatan seseorang (2)

SAAT UJIAN UNTUKKU TIBA…

Sampai detik ini, aku tak pernah percaya pada sebuah perubahan. Bagaimana proses mencinta itu bisa tumbuh pada diri seseorang amatlah tak bisa kupahami. Mungkin karena aku yang tak menemui ladang yang tepat untuk mencinta atau karena aku yang teramat sulit untuk mencinta? Sampai aku tiba pada sebuah keputusasaan, Ya Rabb… sampai kapan aku bisa menemui dan merasakan sebuah cinta yang benar-benar tulus. Cinta seorang perempuan kepada laki-laki. Yang konon katanya jika aku bisa menemukannya atau mendapatkannya, serasa aku berada di syurga…
Syurga? Seperti apakah itu? Apakah seperti aku merasa ingin tersenyum atau tertawa selalu. Apakah serupa dengan alam sekitar kita berdiri serasa aneka warna. Banyak bunga bertebaran di sana. Apakah rasanya seperti ada taman bunga di hati kita, burung-burung berkicau merdu dan riang, langit serasa senantiasa berpelangi? Kalau seperti itu, rasanya aku pernah menemukan situasi seperti itu. Tapi itu dulu… dulu sekali… Saat aku masih duduk di bangku SMP, SMA atau di kampus. Kalau aku merasakannya lagi saat ini, apakah itu masih pantas?
Tapi, aku terkadang merasakannya akhir-akhir ini. Persis… persis seperti yang aku rasakan dulu. Subhanallah, memang indah sekali. Tapi, sekali lagi aku Tanya padamu, apa ini pantas untukku? Aku yakin kamu akan jawab dengan jawaban yang KLISE : tergantung pada siapa kamu merasakan itu…
Terkadang, jujur ya, aku benci dengan situasi ini. Benci! Satu sisi aku merasa ada gairah indah dalam menjalani hari-hariku, tapi sisi lain tentu saja akan berteriak : oh noooo! Andai saja ini terjadi sejak dulu… dulu sekali sebelum aku menikah. Pasti ini menyenangkan!

Aih... curhatan yang lucu ya?! Eit! Jangan tertawa dulu! Siapa tahu kamu juga mengalami hal yang sama...!

Curhat seseorang...

Cinta Karena-MU
(Episode : Aku tak dapat memilih)
Aku masih mencarimu sampai detik terakhir aku bernapas. Walau mungkin bukan pencarian seperti dulu lagi. Sebatas aku merindukan saat-saat pertemuan terakhir denganmu dalam bayang kenangan reuni SMP kita dulu. Aku ingat betul malam sebelumnya. Aku bermimpi dipatuk ular tepat di keningku, tapi aku tak terlalu menghiraukan patukan ular tersebut. Dalam mimpiku itu, aku hanya tersenyum. Padahal aku sangat takut pada binatang berbisa tersebut, walau sekadar membayangkannya. Herannya, saat aku hampir terjaga dari tidur, tiba-tiba aku merasakan sesal yang sangat… entah kenapa. Walau rasa sesal itu terus berlanjut sampai beberapa saat di hari itu, aku tak berpikir apa-apa lagi untuk waktu berikutnya. Ah, just stupid dream!
Sampai saat langkahku memasuki pintu gerbang aula itu, segalanya berubah drastis detik itu juga. Detik di mana kakiku menginjak batas pintu dan detik di mana mata ini menangkap sosok tubuhmu yang semakin jangkung dan gagah.
“Hai… apa khabar, kumaha damang?” Sapaku ceria saat itu. Tanpa prasangka dan tanpa embel-embel rasa lain di hatiku. Bersih…
“Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri gimana? Betah di Bogor ?” Jawabmu dalam wajah yang bersemu sipu. Aih… manisnya. Mengingatkanku pada sosok aktor sinetron idolaku.
“yah… biasa-biasa saja. Kapan lulus? Kudengar kamu mau merantau ke pedalaman Irian yah? Wah hebat ya… bisa dapat jodoh orang sana doooong!” Candaku dengan benak dipenuhi bayangan sosok wanita berambut keriting kecil dan berkulit gelap.
“Yah kalau Allah sudah menakdirkan, mau apa lagi? Kok kamu tahu berita itu?” Ada nada terkejut dalam intonasi kalimatmu. Yang kuterjemahkan ‘kecewa’ atas komentarku tentang jodohmu. Sayang sekali, terjemah itu amat sangat terlambat kusadari. Padahal saat detik-detik terakhir pertemuan di acara reuni itu, tatap mata kita sempat bertaut lama tanpa sengaja. Tatap mata yang kemudian aku rasakan sebagai awal adanya sinyal hati yang terikat satu dengan lain, menjalin sebuah ikatan indah yang tiba-tiba saja membelit erat hatiku. Begitu eratnya… Sampai sesal itu harus ada, karena kesadaran yang datang tiba-tiba. Ya Tuhan… aku punya rindu! Rindu untukmu… Rindu yang begitu menyakitkan! Karena rindu itu kusadari saat engkau telah pergi. Kemana pergimu? Entahlah… Mungkin benar ke pedalaman Irian sana. Mungkin juga ke sebuah tempat lain. Aku tak tahu…
Aku terlalu tinggi hati untuk bertanya tentang keberadaanmu, walau sebenarnya hati ini teramat begitu ingin menemuimu. Berada di dekatmu. Merasakan kembali desiran indah yang menyejukkan saat berdiri di sisimu. Ah, di mana kamu? Apa kamu punya rasa yang sama dengan yang aku rasa? Rasa indah itu… Mungkinkah itu cinta?
Sampai detik ini pun aku masih suka berpikir tentang kamu. Di mana kamu, apa aktivitasmu, siapa pasangan hidupmu, masih ingatkah kamu sama aku? Yah, begitulah… Bayangan kamu sesekali masih suka mewarnai hari-hariku. Terutama saat aku berada dalam situasi gamang tentang pernikahanku. Karena jujur, dalam kehidupan rumah tanggaku, ada kalanya aku merasa tertekan dan suka menyalahkan keadaan. Mengapa aku harus menikah dengan seseorang yang tak pernah kukenal, hatta bertemu barang sejenak di masa laluku. Mengapa aku menurut saja pada apa yang terjadi, saat seorang teman menawarkan biodata seorang laki-laki yang tak pernah kutahu sebelumnya. Mungkin kondisiku saat itu ‘merasa tak enak’ jika menolak tawarannya, atau mungkin aku sudah putus asa tak ada bayangan yang terlintas mau apa aku setelah lulus kuliah? Karena cita-citaku saat itu sangat teramat sederhana, yaitu menjadi seorang istri dan ibu yang baik buat anak-anaknya. Atau mungkin aku sudah lelah menunggu dan mencarimu, yang entah ada di belahan bumi mana saat itu. Sungguh… Aku tak bisa memilih dan menawar, pada saat jodohku sudah ditetapkan olehNYA. Aku harus tunduk…
Maafkanlah aku. Karena mungkin telah menyakiti perasaanmu. Karena mungkin, aku telah membuatmu bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya rasa yang ada padaku, saat salammu terkirim lewat seorang karibku yang kebetulan menjadi temanmu di bimbingan belajar saat SMA. Saat kita berjalan bersisian dan bicara akrab di pertemuan tak terduga ‘Try out UMPTN’. Saat seseorang bertanya padaku, bagaimana hubunganku denganmu. Saat kumenolak ajakanmu untuk mengantarku pulang dari reuni itu. Saat … ah! Banyak saat-saat lain itu, yang lambat kusadari, bahwa itu adalah sinyal untukku…
Maafkanlah kembali aku. Andai kau tahu, saat aku merasa teramat kehilangan, aku berusaha mencarimu. Tapi tak pernah kutahu dimana kamu. Bahkan yang membuatku terhenyak, saat seseorang mengatakan, kau telah bertunangan dengan seseorang di Irian sana. Aku merasa luluh lantak… Pencarianku harus berakhir. Aku tak dapat memilih siapa lelaki yang berhak berjalan di sisi hari-hari masa depanku. Aku ikhlas… Karena cinta padaNYA, ternyata jauh lebih indah dari segala apa yang kuduga sebelumnya. 

Thursday, 17 March 2011

KITA ADALAH SANG MOTIVATOR!
(Writted by: Titin Supriatin, S.P)

“Bu guru Ja’far nangis bu!” Seorang murid perempuanku mengadu.
“Menangis? Memangnya kenapa Git, tumben Ja’far menangis. Coba kamu ajak dia menemui bu guru di sini.” Segera kukemasi beberapa buku yang baru selesai kunilai. Kureka beberapa kemungkinan yang menyebabkan Ja’far menangis. Kulukis sosok muridku yang berbadan paling kecil itu dalam benakku. Ja’far, berkelahikah? Ah, rasanya tak mungkin, Ja’far anak yang baik, tak punya musuh. Terjatuhkah waktu main benteng di halaman? Tapi tadi dia sempat berkata mau ke perpustakaan mencari buku yang tadi kubacakan di kelas. Ja’far gemar sekali membaca. Atau…
“Nih bu Ja’farnya…” Gita datang menuntun muridku yang baru kelas satu itu.
“Kenapa Far, ada apa nak? Tumben kamu menangis. Baru kali ini ibu melihatmu menangis. Jagoan kok nangis…” Aku merangkul pundaknya. Ja’far semakin menunduk. Bahunya berguncang semakin keras, menahan tangis. Aku semakin mengeratkan rangkulanku. Aku merasa ada sebuah peristiwa yang pasti sangat melukai perasaannya.
“Kenapa sih… Coba cerita sama bu guru.”
“Ja’far malu bu… “ Bisik Ja’far. Kepalanya mendongak ke arahku, kemudian melirik Gita yang masih ada di sampingnya. Oh… yap! Aku paham,
“Ehm, Gita main di luar dulu ya nak. Biar bu guru menyelesaikan masalah ini hanya berdua dengan Ja’far. Trima kasih kamu sudah menolong.” Aku meminta Gita keluar kelas.
Meluncurlah cerita ikhwal menangisnya Ja’far. Walau dengan sedikit terbata, akhirnya aku mengerti. Rupanya kaos kaki Ja’far robek, bolong besar malah. Dan itu yang membuat teman-teman menertawakannya. Sementara ayah Ja’far belum bisa membelikan yang baru, karena uangnya terpakai untuk membeli kebutuhan yang lain. Aku mahfum benar, tidak semua muridku berasal dari keluarga yang mampu. Walau sebetulnya sekolah tempatku mengajar diperuntukkan untuk kalangan menengah-atas, tapi ada beberapa di antara mereka yang masuk karena mendapat keringanan biaya. Jadi, kaos kaki robek bisa menjadi sebuah bahan tertawaan untuk murid-muridku.
“Ja’far, bu guru ingin berbagi cerita sama kamu…maukah kamu mendengarnya?” Sambil menunggu jawaban Ja’far, kucoba mengumpulkan potongan-potongan kisah hidup yang pernah kualami sewaktu kecil dulu, ah ya… Ja’far mengangguk. Aku pun memulai ceritaku.
“Saat ibu seusiamu, ibu pergi ke sekolah tak pernah memakai sepatu. Ibu hanya memakai sandal jepit. Seragam pun tidak. Padahal teman-teman yang lain memakainya. Awalnya ibu malu sekali… hampir-hampir ibu minta berhenti bersekolah. Apalagi setiap ibu bertanya pada orang tua ibu kenapa aku ga dibelikan seragam dan sepatu, mereka bilang belum punya uang. Rasanya sedih sekali… tapi ibu sangat ingin bersekolah. Karena ibu ingin menjadi anak yang pintar. Akhirnya ibu bersama kakak ibu yang laki-laki punya ide berjualan es mambo sepulang sekolah. Kebetulan di belakang rumah ada lapangan bola yang sering dipakai untuk bertanding, jadi kami bisa berjualan di sana. Alhamdulillah… jualan kami selalu laku. Uang keuntungan dari berjualan kami kumpulkan. Akhirnya ibu bisa membeli sepatu dan seragam sendiri, tanpa meminta pada orang tua… yah, walaupun lama terkumpulnya tapi tidak apa-apa…. “
“Ibu tidak malu di sekolah diejek teman-teman ibu?” Ja’far bertanya antusias.
“Ehm… awalnya ibu malu juga kalau ketemu teman saat ibu berjualan es. Tapi lama-lama ibu tidak peduli, ibu mencari uang dengan halal kok, tidak mencuri… yang penting bisa terus bersekolah memakai seragam dan sepatu. Alhamdulillah… ibu selalu masuk 3 besar di sekolah dulu…”
Air mata Ja’far menyurut. Mata bulatnya menatapku penuh takjub. Entah apa yang ada dalam benaknya. Mungkin Ja’far membayangkan bu Titin kecil yang sedang berkeliling lapangan menjajakan es sambil berteriak : “Es… es…” atau membayangkan Bu Titin kecil yang sedang diejek teman-temannya karena ke sekolah tidak memakai seragam dan sepatu. Ah, entahlah. Yang jelas, Ja’far mulai tersenyum malu. Kemudian menyeka hidung dan pipinya yang basah.
“Terima kasih ya Bu Titin. Kalau Ibu bisa seperti itu, aku yakin aku juga bisa seperti itu. Boleh kan aku juga berjualan di sekolah?”
“Oh, tentu saja boleh…!”
Subhanallah… Tak sampai dalam hitungan menit, Ja’far sudah tertawa ceria bersama temannya yang lain. Melupakan kesedihan dan ejekan teman-temannya. Melupakan aku yang duduk termenung sendirian dalam senyum dikulum. Duhai Rabb Yang Maha Sempurna dalam penciptaan… Alangkah sederhananya pekerjaan “menyembuhkan” luka hati seorang anak kecil. Tak butuh energy yang banyak. Tak perlu teriakan amarah. Tak ada uang yang harus dikeluarkan. Yang diperlukan hanyalah telinga untuk mendengar dengan penuh kesabaran. Yang diperlukan hanyalah senyum tulus dan pengakuan. Yang diperlukan hanyalah kalimat-kalimat penuh motivasi dari lubuk hati kasih sayang. Karena kita adalah SANG MOTIVATOR. Motivator ulung bernama GURU. Wallahu ‘alam bissawab. (Bekasi, 10 Maret 2011)