Saat Kau merasa Tak ada tempat untukmu bicara, melepas keluh kesah atau berbagi cerita indah, lucu dan seru, Di sinilah kau bisa temukan arti berbagi...Selalu ada teman untukmu bicara...
Sunday, 29 April 2012
Wednesday, 25 April 2012
Pengingat: Tiens mengundangmu ke Twoo
Saya menemukan cara asyik dan eksklusif untuk bertemu kenalan baru online: Twoo.com.
Tidak bisa baca email ini? Lihat versi online. | ||||||||||||
Baca email ini dalam: Deutsch English Español Français Italiano Nederlands Polski Português Türkçe العربية Dansk Suomi Norsk Svenska 日本語 Român Pусский български 中國 Bahasa Indonesia ไทย Latviešu Lietuvių Shqip Ελληνικά hrvatski jezik tiếng Việt | ||||||||||||
| ||||||||||||
| ||||||||||||
| ||||||||||||

Wednesday, 18 April 2012
tien_asputri@yahoo.co.id invites you to Twoo
Saya baru saja menemukan cara baru untuk berkenalan secara online:: Twoo.com.
Tidak bisa baca email ini? Lihat versi online. | ||||||||||||||
Baca email ini dalam: Deutsch English Español Français Italiano Nederlands Polski Português Türkçe العربية Dansk Suomi Norsk Svenska 日本語 Român Pусский български 中國 Bahasa Indonesia ไทย Latviešu Lietuvių Shqip Ελληνικά hrvatski jezik tiếng Việt | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
| ||||||||||||||
| ||||||||||||||
| ||||||||||||||
![]() |

Saturday, 24 March 2012
JUST...D.R.E.A.M?

Aku lebih percaya sebuah takdir. Takdir untukku telah DIA perlihatkan. Seperti sebuah tawaran. Bukan untuk memberikan pilihan keberuntungan. Tapi lebih pada pilihan jalan menuju syurga. Walau memang pertaruhannya berat secara materi.
Namun modalmu untuk mengambil keputusan dan melangkah hanyalah satu kata saja: YAKIN! Dan satu kalimat tambahan: Allah tak akan meninggalkanmu!
Coba kau tatap lahan da'wah itu. Bocah-bocah berwajah sendu dan bermata polos. Menatapmu penuh harap. Mereka tak tahu siapa kau. Tapi jiwa mereka seolah terhubung dengan batinmu yang selalu terpanggil.
Lalu tanyakanlah pada hatimu, seberapa penting "materi" kau butuhkan dalam hidupmu? Sebatas cukup perutmu terisi dan ragamu bisa berdiri. Tak lebih...
Untuk apa kau kejar duniamu, kalau hampa penuhi jiwa hari-harimu. Karena kau tahu, kau tak terlalu butuhkan itu. Bergerak. Berkarya. Mengubah energi empatimu mewujud dalam nyata. Itulah bahagiamu yang sesungguhnya.
Tanah itu. Rumah masa depan begitu kau sebut. Seperti negeri Narnia dalam dongeng yang kau suka. Indah. Namun lengang, Mereka menantikan karyamu. Membangun sebuah dunia kecil impian. Anak-anak masa depan yang kuat dan tangguh. Dan kelak, membangun sebuah negeri indah yang damai....
Sungguh... Biarkan aku menangis. Sendiri. Hanya kau yang tahu. Seberapa mampu aku bisa bertahan. Hingga obsesi itu meledak dan berpendar. Tapi tolonglah bantu aku. Untuk mengerti. Ya... hanya sekedar mengerti pun tak mengapa. Karena itu cukup memberiku ruang untuk tersenyum dan merasa mampu.
Wednesday, 7 March 2012
SANG INSPIRATOR
(Dr. Dian Indihadi, M.Pd. Dosen UPI Kampus Tasikmalaya)
Subhanallah dan Alhamdulillah- Aku
Bangga Menjadi Guru- buah karya Titin
Supriatin berhasil diterbitkan oleh Lentera
Ilmu Cendikia tahun 2012. Buah karya
yang tidak main-main telah berhasil membawa pembaca bermain-main
dengan beragam mainan dan permainan
pendidikan. Semua ragam mainan dan
permainan pendidikan yang disampaikan
dalam tulisan itu adalah hal-hal yang biasa kita temukan dalam keseharian,
dipaparsajikan dengan tutur bahasa yang fulgar, jenaka dan kata-kata yang
lateral, namun makna pesan pendidikan di dalamnya sangat luar biasa dan
bersifat universal.
“Pokoknya seru
banget! Aku tidak peduli rasa penat
letih setelah seharian direcoki murid-murid kecilku. Aku tidak merasakan capenya digelayuti dua
balitaku kanan kiri yang berebut duduk di pangkuan saat asik berkhayal di depan
computer… ada sebuah hal yang ingin
kujadikan catatan penting bagi diriku sendiri, yaitu tentang pentingnya “waktu”
dan “kreativitas” bagi seorang pendidik …” (Hal. 26)
Ternyata tidak
main-main seorang sarjana pertanian yang berkiprah dalam dunia pendidikan. Jika petani harus bergantung kepada “alam dan
cuaca” tetapi seorang pendidik harus bergantung kepada “WAKTU DAN KREATIVITAS”
Dalam “DASTER” (Hal. 28-40),
dibuktikan bahwa sejumlah fenomena yang
menjadikan kita sebagai manusia lupa diri, nilai-nilai kemanusiaan
dipermainkan, beragam permainan diperagakan dan akhir dari permainan itu
melahirkan manusia baru. Pendidikan dan
peran ibu menjadi faktor penentu kelahiran manusia baru.
“BU TITIN, I
LOVE YOU…!” (Hal 84-89). Saya menyetujui itu, bahkan tidak hanya 5
orang murid di jalanan. Bahkan saya
berpandangan “gaji” itu bagaikan
“menstruasi” bagi setiap wanita. Datang
setiap bulan tapi tidak akan lebih dari 1 minggu. … Sungguh, ibu tak akan
pernah menyesali keputusan ibu, untuk tetap memilih menjadi guru!...Hari
kedelapan dan kesembilan, kami lebih sibuk lagi. Lagi lagi aku mendapatkan kemudahan pada sesi
ini. Dosen yang “aneh/nyleneh”… Beliau
tidak meminta kami membuat RPP… Hal baru yang sebenarnya sangat mendasar… tanpa
harus bertele-tele (Hal.109) Disadari ataupun tidak oleh para guru
adalah profesi mulia yang tidak dapat dinilai dalam angka struk gaji, diukur
dalam tulisan yang diadministrasikan atau di SK kan dalam pangkat maupun
jabatan.
Guru adalah petani
cinta, kasih sayang dalam tutur kata dan perbuatan.
Mang Daan,
Belajar pada Irfan dan Selamat Jalan Pak Karta, bahkan cerita Pemulung dan
Penjual sapu merupakan hipotesis bagi pendidikan karakter yang hari ini
dijadikan isyu dalam RPP di sekolah. Penulis
berhasil menyajikan bukti nyata dalam tulisan tersebut. Pasti keberhasilan mereka tersebut dari
pendidikan yang tidak direpoti oleh silabus dan RPP yang ditulis tak pernah
dibaca.
Ya Rasulullah
Aku Rindu Padamu, Siapa Bilang Nggak
Mungkin, Tuhan Aku MembutuhkanMU meskipun Mimpi itu Gratis. Pasti itu, dengan tiga kata “Pasti Aku
Bisa” Kesadaran religu melebihi
segalanya. Virus Alamat Palsu bisa
dikalahkan oleh Orang Tua Hebat. Ya Bu
titin lah yang berhasil bertani Cinta, Kasih sayang dalam tutur kata dan
perbuatan.
Sebuah kritik
pedas perihal komersialisasi pendidikan melalui kinerja guru berhasil
disampaikan. Saat ini sosok
Mang Daan sudah sangat jarang ditemukan yang ada hanya pada kenangan para guru
dan sejarah waktu di masa lalu.
Tegar, Kita
Adalah Sang Motivator, Aku Pasti Bisa kemudian Mimpi Itu Gratis merupakan
realita hari ini yang ada dalam nafas dan denyut nadi para guru. Bahkan “Punishment” dari guru kepada
murid juga sering melampaui batas.
Ternyata Irfan- irfan yang lain masih banyak dijumpai di kelas.
Kondisi
pendidikan hari ini digambarkan melalui Pak Karta yang seorang satpam penjaga
gerbang sekolah, dipertegas oleh ibu kepala sekolah yang mengagntikan Pak Karta
ketika beliau tidak bertugas di gerbang sekolah. Padahal kondisi pendidikan yang sebenarnya
seperti pengemis yang belajar berdoa dan do’a
penjual sapu pada anaknya. “…Di sini Cuma
numpang cari nafkah. Ah, siapa bilang
Gratis Neng? …Bapak ingin anak Bapak nggak Cuma pintar, tapi juga bisa
ngaji. Ibadahnya rajin, otaknya juga
cerdas. Biar kalau sudah dewasa nanti
bisa jadi ustad. Jadi orang yang berguna
bagi masyarakatat.” (Hal.58)
Akhirnya; “Saya ada di sini… Menjadi orang yang punya peran bagi
masyarakat. Maka tegakkan kepala dan
banggalah denganprofesi anda. Karena
lewat tangan-tangan andalah dasar-dasar pendidikan manusia dibentuk dan
dibina. Tangan para guru sekolah
Dasar! (Hal 109). Lanjutkan. Perjuangan hari ini dengan menjadi guru. Aku bangga!
Hanya itu yang dapat saya sampaikan setelah diajak jalan-jalan
menelusuri jalan panjang yang Bu Titin paparsajikan dalam buku itu.
Don’t cry for tomorrow
Give smile for yesterday
Be the best one for life
Tanpa seijin penulis,
saya mengutip ungkapan dalam buku itu Subhanallah dan Alhamdulillah untuk
mengekspresikan perasaan setelah membaca buku itu. Selain itu, saya menyatakan kecewa berat dan ketidak puasan yang “lebai” apabila
bu Titin hanya menulis buku itu saja.
Sayang, pena emas bertinta ide, gagasan dan fenomena yang ada dalam schemata
akan musnah dan sirna ditelan masa apabila bu Titin tidak merealisasikan ke
dalam tulisan berikutnya.
Monday, 5 March 2012
S.O.M.A.L.I.A
KARENA KITA TAK TAHU?!
(Catatan kecil untuk hari peduli SOMALIA di SDIT
Thariq Bin Ziyad PHP)

Beberapa versi histori kemalangan yang menimpa negeri bersuhu panas
ini antara lain karena adanya “kekuatan besar asing” yang ingin menguasai hasil
bumi mereka yang melimpah. Hingga
kekuatan asing ini menjajah dengan cara yang teramat lihai. Tak ada wujud namun berasa
‘tamparannya’. Hingga bisa menciptakan
sebuah perang saudara yang tak pernah usai.
Karena kuingat betul, rasanya dari jaman aku masih batita, kisah tentang
negeri SOMALIA ini tak pernah ada habisnya.
Kompleks. Begitu istilahnya.
Selain perang saudara, Negara
ini sering tertimpa bencana kelaparan dan kekeringan yang panjang. Karena wilayahnya terletak di Afrika Tengah
yang jarang kedatangan musim hujan.
Bahkan menurut cerita bisa sampai 6 tahun baru mereka mendapatkan hujan. Masya Allah ya! Terbayang, bagaimana mereka bisa bertahan
untuk hidup dengan usaha yang mereka upayakan sendiri. Semisal bekerja, berladang, dan
sebagainya. Karena bagaimana mau
bercocok tanam dengan kondisi air yang minim dan keamanan yang jauh dari damai. Hingga akhirnya, mereka bertahan hidup dari
belas kasihan dan bantuan yang diberikan dari Negara-negara yang peduli.
Padahal Negara ini menyimpan sumber daya alam yang berlimpah. Uranium, bahan dasar untuk membuat
nuklir. Mudah ditebak alur cerita
berikutnya, ada gula ada semut. Negara
adi daya yang bernama Amerika, dengan mengusung bendera pasukan perdamaian di
Somalia masuk menjadi pengendali. Kisah
yang serupa dengan Negara-negara lain di berbagai penjuru dunia. Termasuk Indonesia tentunya. Punya summber daya yang melimpah, namun
rakyatnya sendiri miskin dan mengetahui kekayaan negeri. Kasian….
Namun bukan itu yang ingin aku bagi dalam tulisan ini. Penyebab Kemalangan yang menimpa saudara kita di Somalia bukanlah
sebuah urusan mudah untuk diselesaikan.
Yang ada di depan mata adalah ribuan nyawa manusia yang kelanjutan
hidupnya sangat teramat bergantung pada ‘kepedulian’ kita. Sekali lagi KEPEDULIAN.
Entah sudah terkubur di mana kata-kata emas itu dari bumi ini. Jangankan untuk Negara orang, peduli untuk
tetangga sekitar pun kita sudah hampir tak punya lagi. Untuk itulah para relawan itu datang. Mengetuk hati kita, berharap kata peduli
masih ada tersimpan di lubuk hati .
Minimal untuk tahu bahwa di wilayah bumi yang lain, ada banyak manusia
yang membutuhkan uluran tangan. Andai
pun kita tak punya harta untuk dibagi, kita masih bisa menyampaikan do’a atau
menyampaikan khabar duka ini pada saudara atau sahabat kita tentang ini. Siapa tahu ada yang terketuk hatinya untuk
berbagi.
Aku jadi teringat perjalanan jiarahku ke baitullah setahun yang
lalu. Di sana banyak kutemui para
perempuan berkerudung, berkulit gelap, menggendong para bayi, menadahkan tangan
meminta real dari para jamaah haji.
Bahkan banyak yang cacad (atau cacat palsu) ikut memasang tampang
memelas pada setiap jamaah yang lewat.
Aku sendiri hampir tak pernah memberi mereka uang, karena aku teringat para pengemis di Indonesia yang mengemis
karena profesi. Bukan karena sebuah
kondisi yang membuat mereka terpaksa melakukannya. Mereka masih kuat, normal dan sebenarnya
mampu untuk mencari pekerjaan lain selalin meminta-minta. Jadi porsi curigaku jauh lebih besar dibanding
rasa iba.
Melihat poster dan film documenter tentang rakyat Somalia, serasa
melihat para pengemis kulit hitam di Mekah dan Madinah. Ada sesal yang diam-diam muncul ke
permukaan. Ah, jangan-jangan para
pengemis itu adalah penduduk Somalia yang melarikan diri dari negaranya untuk
mencari sesuap nasi dan perlindungan.
Jahat betul pradugaku bahwa para pengemis itu hanyalah pura-pura. Pelit betul aku waktu itu. Kalau benar ternyata mereka adalah rakyat
Somalia… Gubrak!!! Aku benar-benar tak
tahu…
Sesal kemudian ga ada manfaatnya.
Masih ada kesempatan untuk berbuat.
Lembar brosur yang dibagikan
relawan KISS dan ACT masih ada dalam ransel kok walaupun sudah lecek. Nomor rekening berbagai bank tertera di
sana. Mengundang pintu syurga terbuka
untukmu lewat berinfak dan
shadaqoh. Kemalangan yang menimpa
saudara muslim kita di sana adalah bagian dari takdir Allah untuk dunia. Tinggal bagaimana kita menyikapi hal
ini. Masih adakah kata PEDULI yang
tersimpan rapi di sudut hati kita. Karena kalau bukan kita yang peduli, SIAPA LAGI?
Subscribe to:
Posts (Atom)